LAILATUL QODAR, Apakah
kalau kita di rumah seperti saat ini, kita bisa mendapatkan keutamaan Lailatul
Qadar?
Perlu
dipahami, para ‘‘‘ulama salaf berpendapat bahwa keutamaan lailatul
qadar itu akan diperoleh oleh setiap muslim yang diterima
amalnya di malam tersebut.
فِيهِ
لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
“Di
dalam bulan Ramadhan itu terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu
bulan. Siapa yang tidak mendapati malam tersebut, maka ia akan diharamkan
mendapatkan kebaikan.” (HR. An-Nasai, no. 2108. Al-Hafizh Abu Thahir
mengatakan bahwa sanad hadits ini dhaif. Syaikh Al-Albani
mengatakan bahwa hadits ini sahih).
Bahkan
sampai musafir dan wanita haidh pun bisa mendapatkan malam lailatul qadar.
Juwaibir
pernah mengatakan bahwa dia pernah bertanya pada Adh-Dhahak, “Bagaimana
pendapatmu dengan wanita nifas, haidh, musafir, dan orang yang tidur (namun
hatinya tidak lalai dalam dzikir), apakah mereka bisa mendapatkan bagian dari
lailatul qadar?” Adh-Dhahak pun menjawab, “Iya, mereka tetap bisa mendapatkan
bagian. Siapa saja yang Allah terima amalannya, dia akan mendapatkan bagian
malam tersebut.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 341)
Ibnu
Rajab rahimahullah menasehatkan, “Wahai saudaraku … Yang
terpenting bagaimana membuat amalan itu diterima, bukan kita bergantung pada
kerja keras kita. Yang jadi patokan adalah pada baiknya hati, bukan usaha keras
badan. Betapa banyak orang yang begadang untuk shalat malam, namun tak
mendapatkan rahmat. Bahkan mungkin orang yang tidur yang mendapatkan rahmat
tersebut. Orang yang tertidur hatinya dalam keadaan hidup karena berdzikir
kepada Allah. Sedangkan orang yang begadang shalat malam, hatinya yang malah
dalam keadaan fajir (berbuat maksiat pada Allah).” (Lathaif Al-Ma’arif,
hlm. 341)
Kesimpulan
paling penting dari penjelasan di atas, malam lailatul qadar tidak disyaratkan
iktikaf di masjid atau untuk mendapatkannya dengan beribadah di masjid. Orang yang
beribadah di rumah pun masih bisa mendapatkan lailatul qadar. Itulah karunia
Allah.
Apakah untuk
mendapatkan lailatul qadar harus begadang semalam suntuk?
Adapun
yang dimaksudkan dengan menghidupkan lailatul qadar adalah menghidupkan
mayoritas malam dengan ibadah dan tidak mesti seluruh malam.
Ada ‘ulama
yang mengatakan bahwa menghidupkannya bisa hanya sesaat.
Sebagaimana
dinukil oleh Imam Asy-Syafi’i dalam Al-Umm dari sekelompok ‘ulama
Madinah dan dinukil pula sampai pada Ibnu ‘Abbas disebutkan,
أَنَّ
إِحْيَاءَهَا يَحْصُلُ بِأَنْ يُصَلِّيَ العِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ وَ يَعْزِمُ
عَلَى أَنْ يُصَلِّيَ الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ
“Menghidupkan
lailatul qadar bisa dengan melaksanakan shalat Isya’ berjamaah dan bertekad
untuk melaksanakan shalat Shubuh secara berjamaah.”
Dikatakan
oleh Imam Malik dalam Al-Muwatha’, Ibnul Musayyib menyatakan,
مَنْ
شَهِدَ لَيْلَةَ القَدْرِ ـ يَعْنِي فِي جَمَاعَةٍ ـ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظِّهِ
مِنْهَا
“Siapa
yang menghadiri shalat berjama’ah pada malam Lailatul Qadar, maka ia telah
mengambil bagian dari menghidupkan malam Lailatul Qadar tersebut.”
Dalam
perkataan Imam Syafii yang qadim (yang lama) disebutkan,
مَنْ
شَهِدَ العِشَاءَ وَ الصُّبْحَ لَيْلَةَ القَدْرِ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظِّهِ مِنْهَا
“Siapa
yang menghadiri shalat ‘Isya’ dan shalat Subuh pada malam Lailatul Qadar, maka
ia telah mengambil bagian dari malam tersebut.” Semua perkataan di atas diambil
dari Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 329.
Apa
yang dikatakan oleh Imam Syafii dan ‘ulama lainnya di atas sejalan dengan
hadits dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
شَهِدَ الْعِشَاءَ فِى جَمَاعَةٍ كَانَ لَهُ قِيَامُ نِصْفِ لَيْلَةٍ وَمَنْ
صَلَّى الْعِشَاءَ وَالْفَجْرَ فِى جَمَاعَةٍ كَانَ لَهُ كَقِيَامِ لَيْلَةٍ
“Siapa
yang menghadiri shalat ‘Isya berjamaah, maka baginya pahala shalat separuh
malam. Siapa yang melaksanakan shalat ‘Isya dan Shubuh berjamaah, maka baginya
pahala shalat semalam penuh.” (HR. Muslim, no. 656 dan Tirmidzi, no. 221).
Kesimpulannya,
disaat pandemi seperti sekarang ini kalaulah daerah kita “tidak aman”, maka
bisa memperbanyak ibadah di rumah, ingsya alloh kita mendapatkan keutamaan
lailatul qadar, tidak disyaratkan harus begadang semalam suntuk. Wallahu
a’lam.
Semoga
Bermanfat
Posting Komentar