Bersedekah
Saat Ramadhan dan Masa Sulit Pandemi Corona
Di bulan Ramadhan saat pandemi
ini, justru saat ini adalah momen yang tepat untukmemperbanyak sedekah. Karena
kita bersedakah dapat dua keutamaan:
(1) bersedekah pada bulan yang pahalanya berlipat-lipat,
(2) bersedekah pada hari orang kesulitan.
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam semangat bersedekah di bulan Ramadhan
Dalam shahihain,
dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
orang yang paling gemar bersedekah. Semangat beliau dalam bersedekah lebih
membara lagi ketika bulan Ramadhan tatkala itu Jibril menemui beliau. Jibril
menemui beliau setiap malamnya di bulan Ramadhan. Jibril mengajarkan Al-Qur’an
kala itu. Dan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang paling semangat
dalam melakukan kebaikan bagai angin yang bertiup.” (HR. Bukhari no. 3554 dan
Muslim no. 2307)
Ibnu
Rajab rahimahullah berkata, “Al juud berarti rajin dan banyak
memberi (berderma)” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 291). Jadi maksud hadits adalah
Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– rajin memberi sedekah pada orang
lain di bulan Ramadhan.
Ibnu
Rajab juga menyebutkan, “Pada diri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terkumpul
berbagai macam sifat dermawan. Beliau gemar berderma dengan ilmu dan
harta beliau. Beliau juga mengorbankan jiwa untuk memperjuangkan agamanya.
Beliau juga memberikan manfaat pada umat dengan menempuh berbagai macam cara.
Bentuk kemanfaatan yang beliau berikan adalah dengan memberi makan pada orang
yang lapar, menasihati orang yang bodoh, memenuhi hajat dan mengangkat
kesulitan orang yang butuh.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 293).
Di
halaman lainnya dari kitab Lathaif Al-Ma’arif (hlm. 295), semangat Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam untuk berderma lebih besar lagi di bulan Ramadhan
dibanding bulan-bulan lainnya.
Apa
yang mendorong Nabi lebih semangat bersedekah pada bulan Ramadhan?
Pertama: Bulan Ramadhan adalah waktu yang
mulia dan pahala berlipat ganda pada
bulan tersebut.
Kedua: Rajin berderma pada bulan Ramadhan
berarti membantu orang yang berpuasa, orang yang melakukan shalat malam dan orang
yang berdzikir supaya mereka mudah dalam beramal. Orang yang membantu di sini
akan mendapatkan pahala seperti pahala mereka yang beramal. Sebagaimana Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan keutamaan orang yang memberi makan
buka puasa,
“Siapa memberi makan orang yang berpuasa,
maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa, tanpa mengurangi pahala orang
yang berpuasa tersebut sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi, no. 807; Ibnu
Majah, no. 1746; dan Ahmad, 5:192, dari Zaid bin Khalid Al-Juhani. At-Tirmidzi
mengatakan bahwa hadits ini hasan sahih. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa
sanad hadits ini sahih).
Ketiga: Di bulan Ramadhan, Allah
juga berderma dengan memberikan rahmat, ampunan dan pembebasan dari api neraka,
lebih-lebih lagi di malam Lailatul Qadar.
Keempat: Menggabungkan antara puasa dan
sedekah adalah sebab seseorang dimudahkan masuk surga. Sebagaimana disebutkan
dalam hadits berikut,
Dari
‘Ali, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya di surga ada kamar yang luarnya bisa dilihat dari dalamnya dan
dalamnya bisa dilihat dari luarnya.” Lantas orang Arab Badui ketika mendengar
hal itu langsung berdiri dan berkata, “Untuk siapa keistimewaan-keistimewaan
tersebut, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Itu disediakan bagi orang yang
berkata yang baik, memberi makan (kepada orang yang butuh), rajin berpuasa, dan
melakukan shalat di malam hari ketika manusia terlelap tidur.” (HR.
Tirmidzi no. 1984 dan Ahmad 1:155. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits
ini hasan)
Kata
Ibnu Rajab Al Hambali, sifat-sifat yang disebutkan di atas semuanya terkumpul
di bulan Ramadhan. Karena orang beriman akan mengumpulkan pada dirinya amalan
puasa, shalat malam, sedekah dan berkata yang baik di mana ketika berpuasa
dilarang berkata kotor dan sia-sia. Lihat Lathaif Al-Ma’arif, hlm.
298.
Kelima: Menggabungkan antara sedekah dan
puasa adalah sebab kemudahan meraih ampunan dosa dan selamat dari siksa neraka.
Lebih-lebih jika kedua amalan tersebut ditambah dengan amalan shalat malam.
Disebutkan
bahwa puasa adalah tameng (pelindung) dari siksa neraka,
“Puasa
adalah pelindung dari neraka seperti tameng salah seorang dari kalian ketika
ingin berlindung dari pembunuhan.” (HR. Ibnu Majah no. 1639 dan An Nasai
no. 2232. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
Mengenai
sedekah dan shalat malam disebutkan dalam hadits,
“Sedekah itu memadamkan dosa sebagaimana
api dapat dipadamkan dengan air, begitu pula shalat seseorang selepas tengah
malam.” (HR. Tirmidzi no. 2616 dan Ibnu Majah no. 3973. Abu Isa At-Tirmidzi
mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa
hadits ini hasan).
Keenam: Dalam puasa pasti ada cacat dan
kekurangan, sedekah itulah yang menutupi kekurangan tersebut. Oleh karenanya di
akhir Ramadhan, kaum muslimin disyari’atkan menunaikan zakat fitrah. Tujuannya
adalah menyucikan orang yang berpuasa. Disebutkan dalam hadits, Ibnu
‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam mewajibkan zakat fitrah untuk menyucikan orang yang berpuasa
dari kata-kata yang sia-sia dan dari kata-kata kotor, juga untuk memberi makan
kepada orang miskin.” (HR. Abu Daud, no. 1609; dan Ibnu Majah, no. 1827.
Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
Ketujuh: Disyari’atkan banyak berderma ketika
puasa seperti saat memberi makan buka puasa adalah supaya orang kaya dapat
merasakan orang yang biasa menderita lapar sehingga mereka pun dapat membantu
orang yang sedang kelaparan. Oleh karenanya sebagian ulama teladan di masa
silam ditanya, “Kenapa kita diperintahkan untuk berpuasa?” Jawab mereka,
“Supaya yang kaya dapat merasakan penderitaan orang yang lapar. Itu supaya ia
tidak melupakan deritanya orang yang lapar.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm.
300)
Yang
dicontohkan oleh para ulama di antaranya ‘Abdullah bin Al-Mubarak dan Al-Hasan
Al-Bashri, mereka biasa memberi makan pada orang lain, padahal sedang berpuasa
(sunnah).
Demikian
tujuh faedah yang disampaikan oleh Ibnu Rajab yang mendorong kita supaya rajin
membantu, memberi dan berderma di bulan Ramadhan. Sehingga itulah mengapa bulan
Ramadhan disebut bulan muwasaah, yaitu bulan yang diperintahkan banyak
berderma.
Ibnu
Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata, “Siapa yang tidak bisa
menggapai derajat itsar (mendahulukan orang lain dari diri sendiri, pen.), maka
jangan sampai ia tidak mencapai derajat orang yang rajin membantu orang lain
(muwasah).” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 300)
Imam
Syafi’i rahimahullah berkata, “Aku sangat senang ketika
melihat ada yang bertambah semangat mengulurkan tangan membantu orang lain di
bulan Ramadhan karena meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga
karena manusia saat puasa sangat-sangat membutuhkan bantuan di mana mereka
telah tersibukkan dengan puasa dan shalat sehingga sulit untuk mencari nafkah
untuk memenuhi kebutuhan mereka. Contoh ulama yang seperti itu adalah Al-Qadhi
Abu Ya’la dan ulama Hambali lainnya.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 301)
Lebih-lebih Ramadhan kali ini saat pandemi Corona
Allah Ta’ala berfirman,
“Tetapi
dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Tahukah kamu apakah jalan
yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau
memberi makan pada hari kelaparan.” (QS. Al-Balad: 11-14).
Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah (1347-1421 H)
menyatakan, “Dzi mas-ghabah berarti keadaan penuh kelaparan, bisa jadi karena
kelaparan melanda, bisa jadi karena hasil pertanian dan buah-buahan berkurang,
bisa jadi pula karena penyakit pada tubuh mereka, atau bisa pula ada makanan
namun tidak mengenyangkan.” (Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Juz ‘Amma, hlm.
220)
Ibnul
Qayyim rahimahullah mengatakan bahwa manfaat sedekah begitu
banyak, hanya Allah yang bisa menghitungnya, di antara manfaatnya adalah:
“Sungguh bersedekah itu mencegah kematian yang
jelek, mencegah malapetaka (bala), sampai sedekah itu melindungi dari orang
yang zalim. Ibrahim An-Nakha’i mengatakan, ‘Orang-orang dahulu memandang bahwa
sedekah akan melindungi dari orang yang suka berbuat zalim.’ Sedekah juga akan
menghapus dosa, menjaga harta, mendatangkan rezeki, membuat gembira hati, serta
menyebabkan hati yakin dan berbaik sangka kepada Allah.” (‘Uddah
Ash-Shabirin wa Dzakhirah Asy-Syakirin, hlm. 313).
Marilah kita tetap
membantu saudara-saudara kita di masa sulit saat pandemi Corona, juga membantu
ahli medis yang berjuang di garda terdepan. Moga dengan banyak membantu mereka
yang kesulitan, Allah segera mengangkat wabah ini dari tengah-tengah kita.
Posting Komentar